Otoritas Daerah Online

Membangun Daerah Membangun Bangsa

Kamis, 26 Februari 2009

kades dunngua kab.konawe sultra


Deni Sainal,A. – Kades Dunngua, Kec.Amonggedo, Konawe, Sulawesi Tenggara.
UPAYA KADES MENARIK INVESTOR ASING


Sku.OTDA/Sultra, Konawe: 17 tahun hidup diperantauan dan menjalani profesi sebagai seorang tukang batu, dengan berbagai liku-liku hidup dan cobaan2 yang dijalaninya dengan sabar dan tabah. Sekembalinya dari perantauan dia terpilih menjadi seorang kades (kepala desa) di desa Dunngua kec, Amonggedo, atas rasa kecintaan pada tanah kelahirannya baru 7 hari setelah menjabat sebagai kades dia membangun kantor desanya dengan biaya yang menelan anggaran sebesar Rp.120 juta. Dengan didasari rasa kecintaan pada desa dan warganya dia tiada henti-hentinya berjuang untuk mengedepankan kesejahteraan warganya, melihat potensi di daerahnya tanah yang yakini mengandung nikel dengan kadar tinggi dia mencoba ke Jakarta dengan berbekal tekad serta modal sendiri.

Dia pun bertemu dengan tim biologis dari eropa serta Dirut PT.Nikel Resouces (investor Korea) dengan bermodalkan satu buah mobil truk serta penggilingan padi yang dijualnya serta modal usahanya selama menjadi seorang kontraktor PT.WARGA JAGAT ALAM mencoba melobi investor, menurutnya uang yang di habiskan berkisar Rp.2 milyar selama pengurusan namun berkat perjuangannya yang tidak mengenal lelah apa yang menjadi cita2nya telah tercapai, dia telah berhasil mendatangkan investor China tersebut serta tim biologis dari Eropa untuk mengadakan penelitian di wilayah yang di pimpinnya itu yaitu desa Dunggua kec, amonggedo. Dari hasil penelitian/ explorasi di ketahui kadar nikel yang dikandungnya 3, 76% selain itu juga mengandung batu kronik yang memiki kadar yang cukup tinggi.

Diatas tanah 2000 hektar tersebut sekitar 600-700 hektar yang sudah ber sertifikat selebihnya itu adalah ulayat. Menurut kades Dunggua, setelah menandatangaini akte notaris / MOU pada 19 Desember 2008, iapun diminta menjadi salah satu manajer PT. ST. NIKEL RESOURCER.

Jumat 06-02-2009. Dirut PT. ST. Nikel Resourcer beserta tim biologis mengadakan tatap muka/ silaturrahmi dengan pejabat daerah dan masyarakat serta tokoh2 masyarakat , pejabat daerah, al; Asisten II ARIS .Skm,Msi yang mewakili bupati Konawe, ketua DPRD Konawe, H. Umar Tjong, serta dari dinas pertambangan, tujuan pertemuan tersebut adalah minta dukungan dari masyarakat serta jaminan keamanan mereka . Selain itu pengarahan bupati yang di wakili oleh asisten II, meminta semua pihak dapat bekerjasama dengan pihak investor dan pemerintah untuk menciptakan rasa kenyamanan kepada invetor.

Menurut kades Dunggua ini dengan terlaksanannya proyek pertambangan yang dikelola oleh investor China itu, maka masyarakat akan merasakan kesejahteraan sebab diperkirakan sekitar Rp.600juta aset dalam per bulannya yang akan yang akan jatuh ke masyarakat khususnya para pemilik lahan yang tanah dalam wilayah kuasa pertambangan.
“Saya berada di depan warga masyarakat saya, hidup mati saya, saya perjuangkan demi mereka sebab ini menyangkut masa depan anak cucu mereka” Ucap kades dunggua
Masa kontrak pertambangan nikel selama 30 tahun dan tidak menutup kemungkinan akan di perpanjang lagi setelah 30 tahun berakhir kemudian dan setiap bulan/ pengapalan masyarakat akan mendapatkan bayaran kontrak dari perusahaan tersebut jika perusahaan sudah selesai masa kontraknya maka tanah masyarakat akan kembali ke pemilik masing-masing jadi masyarakat tidak akan di rugikan.Tambahnya. (Darma/gun/andi)

EVA - MISS WARIA SULTRA 2006


EVA ANDRYANTO – MISS WARIA SULTRA 2006;
“ AH, KAMYU…!!”


Sku.OTDA/Konawe, Sultra ; Dilahirkan sebagai Pria, bernama Andryanto, sekarang sudah berubah menjadi EVA, bukan hanya sebagai waria biasa akan tetapi juga sebagai pemimpin komunitas waria se-Sultra.Dia merasa bangga saat OTDA menemuinya, karena baginya OTDA adalah teman suka dan dukanya.

Eva tidak menginginkan kodratnya demikian, namun ia pasrah menjalaninya. Ia tidak merenungi nasib, ia terus bergerak di segala kegiatan positip dan mewujudkan sebagai ahli tat arias di Konawe sejak thn.2000 lalu. Pertentangan batin, cemooh, pengkucilan masyarakat ia tidak perdulikan lagi. “Saya ingin menunjukankepada siapapun, jika kita mampu dan telaten maka apapun dapat kita lakukan..’, itu kiat Eva sambil tersenyum. Dan, wowww.. Eva pun terus melejit bersama prestasi lainnya; tahun 2006 dia menyabet juara satu MISS WARIA se-Sultra, dan tahun 2007 kelompoknya juara 1 bola volli waria.

Eva anak ke 6 dari 7 bersaudara ini bertempat tinggal di Konawe, Sulawesi Tenggara. Sekelebat wajahnya mirip artis Andi Soraya yang kini sedang bersiteru dengan model Chaterine ‘keket’ Wilson.’Masa sih, ya iyalah, masa ya iya dong.!
Eva kini hidup mapam, dari kerja keras dan kedisiplinannya sebagai ahli tata-rias, ia pun mampu menafkahi keluarganya. Tidak itu saja, ia pun kini sudah memiliki rumah pribadi, mobil, serta modal yang semakin hari makin bertambah.”Sudah punya pacar,Va?”, “Sudah, maunya sih cepet-cepet jadian. Tapi lihat nanti saja..”, jawabnya malu,. ‘Ah kamyu..(Andi)

ROHANA MANGGALA DAN HIV AIDS


Rohana Manggala ;
Kepala Pelaksana Harian KPA – Komisi Penanggulangan Aids Prov.DKI Jakarta
“.. SEJAK AIDS HINGGA KETIDAK-INGINAN MENJADI KEPALA DAERAH..”


Sku.OTDA/Laporan Utama: Kesibukan dan rutinitas pekerjaan bukanlah alasan untuk melalaikan silahturahmi, demikian dengan Rohana Manggala,kesibukannya selaku Kepala Pelaksana Harian KPA – Komisi Penanggulangan Aids Prov.DKI Jakarta yang cukup melelahkan masih saja menyempatkan diri untuk ‘obrol-obrol ringan dengan Sku.OTDA waktu lalu. Jebolan S2,Fisip UI kelahiran Malang, Jawa Timur ini menyatakan selalu ada waktu untuk Pers, karena Pers dan KPAP DKI Jakarta adalah mitra-kerja untuk berbagi informasi yang aktual tentang penanggulangan HIV/AIDS,
“ Bu, Apa payung hukum KPAP ?”, Kepres 75/2006, Permendagri 20/2007, Permenkokesra 2/2006, dan Perda 5/2008. “Berdirinya KPAP ?”, Tahun 1998 adalah berdasarkan kebutuhan bagi institusi penanganan HIV & AIDS. Demikian pengidola Alm.HM.Soeharto dan Barack Obama ini
“ Siapa saja pengurus KPAP DKI Jakarta ?”, Ketua : Gubernur, Wakil 1 : Ka.Dinas Kesehatan, Wakil 2 : Ka. Biro Kesos, dan Kalakhar : saya sendiri. “Kalakhar?”, Ya, Kepala Pelaksana Harian. Sejak tahun 1988 lalu.
Ditambahkan wanita asal Bogor, Jawa Barat ini bahwa hingga saat ini KPA telah tersebar di 33 provinsi, adapun biaya operasional didapat dari APBN/D. “Bagaimana dengan hibah?”, Kami lebih focus Bantuan hibah tersebut dalam bentuk Program kerjasama antar lembaga. “Jadi tidak dapat melalui rupiah?”, Ibu ini hanya tersenyum, semanis senyum artis Emilia Contessa.
Hingga saat ini menurutnya, jumlah penderita AIDS di Indonesia lebih dari 16.110 orang, di Jakarta 4.467 orang. Banyak diantara kita yang belum tahu, bahwa penderita HIV/AIDS yang berasal dari golongan tidak mampu dapat menggunakan kartu Gakin dan SKTM. “Bagaimana pola sosialisasi HIV/AIDS bagi remaja?”, Banyak telah dibentuk Pokja Remaja (Dinas Pendidikan) serta Duta Pelajar. “Bagaimana ditempat prostitusi?”, Selama ini kami bekerja sama dengan 40 LSM Peduli Aids, Insya allah berjalan baik. “Apa pernah terbayangkan sosialisasi ditempat kumuh?”, Tidak terhitung lagi mas, misalnya di daerah Rawabebek Jakarta Utara,dan sebagainya. Juga melalui para pengemudi/supir angkutan umum, kami membentuk Pokja Work place dan Pokja Pelabuhan.
“Jika demikian, KPA, maupun KPAD DKI telah maksimal tetapi kenapa
jumlah penderita tetap meningkat ya,bu?, sama halnya dengan jajan,jika salah
tempat pasti sakit perut. “Maksudnya?, Ibu ini kembali tersenyum.Yang utama mas,
jalankan perintah agama dengan baik , jauhi sumber penyebab, dan gunakan alat
‘pencegah. Sambil menunjukan sebuah alat ‘peraga. ‘Opsss….
“Bu,pada edisi lalu kami menurunkan laporan utama tentang penyakit
sosial; prostitusi, gelandangan pengemis (gepeng), anak jalanan (anjal), premanisme
dsb. Tanggapan Ibu?”, Penyakit Sosial merupakan permasalahan yang cukup
kompleks dan dibutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan
terkoordinasi, memerlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh. Selain
itu juga, perlu peningkatan peran manusia dalam pembangunan ,dilaksanakan secara
konkrit melalui program-program konkrit dengan anggaran yang konkrit pula. ‘Opsss..
“Solusi untuk meminimalkannya?”, beliau minta ijin menerima
selulernya. Tak lama, beliau menjawab bahwa untuk meminimalkan Penyakit Sosial era Otonomi Daerah, adalah dipenuhinya kebutuhan dasar,kesehatan dan pendidikan bagi keluarga miskin, kemampuan mengakses pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin.
“ Maaf bu, suami ibu, Bems Manggala adalah seorang caleg, bagaimana bentuk support ibu kepada beliau?”, Sebetulnya beliau enggan menjawab ini, namun setelah ‘sedikit dipaksa, beliau mengatakan bahwa sering berdoa/ibadah bersama dan berdiskusi masalah sosial kemasyarakatan yang ada, khususnya di DKI Jakarta. “Ibu Yakin bapak masuk DPRRI?”, Yang utama adalah melakukan yang terbaik bagi rakyat dengan pola pendekatan ‘touching, turun kelapangan.Apapun akhirnya, itulah rencana Tuhan yang terbaik kepada kami. “wihhh…
“Bagaimana pola komunikasi dengan anak-anak, sedangkan ibu dan bapak selalu sibuk?”, Ya, ‘enggalah, semua itu kalau dilakukan dengan ikhlas pasti lancar. Ini sudah kami lakukan sejak berkenalan dengan bapak thn.1966 lalu. Sehingga dimana ada waktu senggang kami selalu ‘share berbagai masalah.Jawab penggemar buku-buku tentang permasalahan Sosial Kemasyarakatan dan Kemiskinan ini santai.
Tentang peranan Pers, menurutnya Pers dan KPAP DKI Jakarta selalu
bersama dalam program penanggulangan HIV/AIDS , memberikan informasi yang aktual tentang penanggulangan HIV/AIDS di DKI Jakarta
“Maaf bu, kapan terakhir menonton Layar lebar?”, Ibu berjilbab ini
Tersenyum, mungkin tahun 1978 lalu. “Sama bapak,bu?”, beliau tersenyum. “Apa
hubungannya dengan HIV/AIDS,mas?”, beliau bertanya balik. Giliran saya yang
menggeleng.’hehehe…
“Maaf ya bu, apa yang paling ibu suka dari bapak?”, Maf, lagi, maaf
lagi. Kaya lebaran ‘aja. Yang jelas saya suka Wawasan dan Networking yang dimilikinya cukup luas, baik hati serta bertanggung jawab terhadap keluarga. Kami
pun berdua tersenyum..
“Pertanyaan yang terakhir bu, kenapa tidak tertarik menjadi kepala
daerah?, ‘Nggak ah, saya tidak tidak tertarik, tetapi akan membantu semaksimal
mungkin untuk memberdayakan masyarakat / penduduk DKI Jakarta baik dari segi keterampilan dan pemahaman .”Kalau menjadi kepala daerah tidak tertarik, bagaimana jika ditawari Mensos, Menteri Pemberdayaan Perempuan atau Menkes”, matanya menyipit dengan dahi berkerut, kemudian tersenyum lagi.
Apapun selamat berjuang bu, salam hangat untuk teman-teman di KPA/ KPAD DKI Jakarta. (Tim buser: @rief/Asep/Kiki/Dra)

Kamis, 19 Februari 2009

penyandang cacat andri bandung


PENYANDANG CACAT, KPU JABAR YANG SEMBRONO.
Sku.OTDA/Bandung, Jawa Barat: Ditemui dikantor BPOC-Badan Pembina Olahraga Cacat Kota Bandung, Jawa Barat,Jl.Pajajaran, Andri Oktoridhon dengan gamblang menyampaikan beberapa hal,al;

PPUA, APAAN TUH?
PPUA adalah Pusat Pemilihan Umum Akses Penyandang Cacat (PPUA Penca), sehingga penyelenggaraan pemilu mudah diakses dan tidak diskriminatif bagi penyandang cacat. PPUA merupakan mitra-kerja KPU sejak thn.2004, sudah ada dihampir semua provinsi termasuk di Jawa Barat. Demikian Andri yang aktif di Persatuan Penyandang Cacat Indonesia (PPCI), Jawa Barat, Pusat Pemilihan Umum Akses (PPUA) PenCa Jawa Barat , Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota Bandung dan PPCI Kota Bandung (Ketua).
Ditambahkan, Sosialisasi pemilu 2009 bagi penyandang cacat dinilai masih kurang sehingga Komisi Pemilihan Umum (KPU/KPUD) diminta untuk memperbanyak informasi tentang pemilihan yang mudah diterima oleh penyandang cacat, khususnya tunanetra & tunarungu. Kalaupun sejauh ini sudah dilakukan melalui jaringan yang ada. Menurut bujang kelahiran T.Karang, Lampung 17 Oktober 1977 lalu ini informasi tentang pemilu yang dikemas dalam bentuk iklan layanan masyarakat kurang dapat dimengerti. Dalam iklan tersebut juga tidak disinggung tentang penyandang cacat. Sebaiknya KPU/D dalam waktu tersisa ini membuat materi sosialisasi yang memuat tentang penyandang cacat, meskipun penyandang cacat memiliki keterbatasan, namun mereka punya hak yang sama untuk memberikan pilihannya. Saat Pilgub Jabar 2008 lalu, jumlah pemilih penca mencapai lebih dari 108.000 suara.

PENCA DAN ALAT BANTU PEMILU 2009
Pada UU.No.10/2008 ada dalam salah-satu klausanya yang menyatakan bahwa Kelengkapan Pemilu adalah Alat-bantu Tunanetra,kalaupun hanya untuk DPD saja namun itu sudah lumayanlah. Pemilu 2004 & 2009 yang multi partai membutuhkan alat Bantu dan sosialisasi yang rumit untuk para Penca. Namun, inilah tantangan untuk negara agar menghormati hak pilih Penca dari sekitar 6 juta jiwa dan sekitar 3,6 juta diantaranya memiliki hak untuk memilih.Sehingga di Pemilu 2009 ini negara /Bawaslu/KPU-D tidak mengabaikan begitu saja hak dari penyandang cacat untuk memberikan suaranya dalam pemilu 2009. “Melalui PPUA, Kami ingin menjadi warga negara yang ikut memilih calon pemimpin. Jangan karena alasan anggaran sehingga kepentingan kami diabaikan," katanya, diamini Adik Fachroji (Sekt.PPUA Jabar dan Ketua BPOC Kota Bandung).

KPU JAWA BARAT ‘SEMBRONO
Memang perjuangan Andri dan teman-teman tidak semudah membalikan tangan, sinisme pun muncul dari berbagai pihak, termasuk dari seorang anggota KPU Jabar, bagian sosialisasi (Red:nama dirahasiakan) yang mengatakan kami ini hanya mencari ‘duit’ saja, kenapa tidak ‘jual saja suara Penca kepada Caleg, saya pikir orang itu tidak memahami akan fungsi dan jabatannya. ‘Weleh...

PPUA, PPCI,HWPCI,BPOC, dan lainnya lagi adalah ‘wadah amanah’ para saudara-saudara kita dari Penyandang cacat. Yang harus dihormati keberadaannya, karena mereka dilindungi hukum. Jika ‘kesembronoan ini mewabah kepada para pihat terkait, lalu apa yang akan dibanggakan dari sebuah ‘pesta rakyat’ yang bernama Pemilu maupun Pilkada. ‘Makanya jangan salah memilih pemimpin yang ‘sembrono.’cape deh. Untuk kang Andri dan seluruh teman-teman, maju terus karena kami (Sku.OTDA,GWI, LBH GWI & LSM PP OTDA) adalah mitra-kerja kalian. Tetap sederhana, jujur, profesional dan rendah-hati. ‘Show must go on...(Tim buser: @rief/Corny R,SH)--- FOTO - ANDRI TANDA 'X'

Minggu, 15 Februari 2009

penyandang cacat HWPCI JABAR


Sri Agustian Joekanan - ketua HWPCI-Himpunan Wanita Penyandang Cacat Indonesia Prov.Jawa Barat .

PENYANDANG CACAT , YANG TIDAK PUNYA KANTOR SEKERTARIAT.


Sku.OTDA/Laporan utama: Bincang-bincang dilakukan di loby kantor dinas sosial Pemprov.Jawa Barat, dan berikutnya di kantor BPOC-Kota Bandung, Jawa Barat.

PEMPROV.JABAR MASIH SUKA TEORI“Bu Sri, Pemprov.Jabar bersama-sama DPRD Jabar, pada 3 Oktober tahun 2006 lalu telah mengesahkan Perda tentang Nomor 10 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Hak Penyandang Cacat.Ini menunjukan bahwa tak ada diskriminasi penyandang cacat. Bagaimana implementasinya?”, “Masih jalan ditempat, teori saja. Contohnya, pembangunan jembatan penyebrangan Wyata Guna,dijalan Pajajaran tidak melibatkan kami, sehingga agak repot bagi Penca berkursi roda atau saudara-saudara kami yang tuna-daksa. Disatu sisi masih banyak gedung instansi/swasta dan pusat hiburan yang tidak menyediakan akses yang layak bagi kami..”,demikian ketua HWPCI-Himpunan Wanita Penyandang Cacat Indonesia Prov.Jawa Barat yang lekat dengan jilbabnya ini.Tambahnya,selama ini HWPCI telah menyerahkan bantuan sekitar 100 unit kursi roda, 25 tongkat/kruck dan 5 alat Bantu dengar hasil kemitraan bersama UDI-United In Divercity Jakarta, Darul-Tauhid Bandung , dan donatur lainnya.

JANJI DANI SETIAWAN, HUTANG HERYAWAN?“Kalo HWPCI bunyi terus, tidak berkesan ‘menuntut dan ingin dimanja?”, “Tidak, ini adalah amanah dari teman-teman atas janji-janji yang telah mereka berikan. Contohnya, November 2007, Bpk.Dani Setiawan (Red: saat itu masih menjabat Gubernur Jabar), pernah berjanji akan memfasilitasi kami ruang untuk secretariat, hasilnya nol. Kini telah berganti gubernur, juga masih nol.?”, “Maksud Ibu, Gubernur Heryawan?”,, Dia tidak menjawab, juga tidak menggeleng.

PENYANDANG CACAT, DIFABEL;
“Difabel (Different Ability people), sudah banyak mendapatkan perlindungan/landasan hukum sebetulnya ya, bu?”, “Iya, sudah segudang, tapi ya itu tadi, masih wacana dan teori saja..”,sambil dicontohkan hendaknya implementasi dari UU 4/1997 mengenai kewajiban perusahaan memberikan kuota 1% kepada pekerja dari kaum Penca harus ditegakkan secara konsisten, dan sangsinya harus diperberat, bukan hanya sangsi administrative dan denda saja, namun kalau perlu dipenjarakan saja katanya.

HWPCI PROV.JABAR TIDAK PUNYA KANTOR SEKERTARIAT?“ Apa betul HWPCI Jabar tidak punya kantor sekertariat?”, Teteh Sri hanya memandang tanpa ekspresi. “Sudah coba minta bantuan ke pemerintah atau donatur?”, Teteh Sri malah tersenyum.”Yang janji itu sudah banyak mas, akhirnya kami bosan menunggunya, namun kami terus bergerak demi teman-teman apapun resikonya..”, “Okelah, tapi kalau ada dermawan, Maunya didaerah mana?”,”Kalau boleh memilih ya di kota Bandung?”, Nah adakah pembaca Sku.OTDA yang berminat silahkan hub.0815.730.67874, 0852.2258.3708…(Corny R,SH/@rief)