Otoritas Daerah Online

Membangun Daerah Membangun Bangsa

Rabu, 27 Mei 2009

TANPA MENJADI WAPRES PUN, PRABOWO BISA LAKUKAN


TANPA MENJADI WAPRES PUN, PRABOWO BISA LAKUKAN ...

”... Maka dengan Rp.170 milyar ,10% total kekayaan Rp.1,7 triliun pun Prabowo mampu memberikan lapangan pekerjaan kepada 600 orang bagi masyarakat di Jawa Barat Selatan, kalaupun tidak terpilih sebagai Wapres kelak..... ”

Betapa miris saat berulang kali, Prabowo Subianto menyatakan kepada media masa bahwa dia mampu menyediakan lapangan pekerjaan untuk 15 juta orang jika ia terpilih sebagai pemimpin negeri ini.

Hitungannya adalah karena ia membandingkan proyeksi Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional yang menyebutkan untuk mendorong pertumbuhan satu persen, dibutuhkan masukan US$ 5 miliar untuk mencapai sekitar 400.000 tenaga kerja baru

Sedangkan jika ia menjadi pemimpin, dengan paham ekonomi kerakyatan yang menjadi konsep kampanyenya ia akan akan investasikan US.$.5 milyar itu dalam bentuk 2,5 juta hektar lahan dalam pengentasan pengangguran. Karena dalam hitungannya, idealnya setiap hektar lahan mampu menyerap minimal 6 orang pekerja, sehingga dengan 2,5 juta hektar akan menyerap 15 juta tenaga kerja, atau lebih tinggi 37% dari hitungan Bapenas.

Hanya masalahnya, hal ini ia sanpaikan saat mengusung menjadi Capres, namun bila juga ia tidak terpilih menjadi pemimpin (Wapres?), apakah ia akan tetap berupaya merealisasikan hal itu. Sedangkan selaku seorang prajurit, pengabdian itu tidak harus menjadi seorang pemimpin (Presiden/Wapres), kapan dan dimana saja ia harus menjadi yang terbaik dari yang lainnya.
Dengan kekayaan Prabowo sekarang, yang mencapai lebih dari 1,7 triliun, kalaupun ia tidak menjadi Wapres Megawati kelak. Idealnya, sejak sebelum menjadi Capres dari Gerindra lalu, ia bisa saja hibahkan 10% (+/- Rp.170 milyar) dari kekayaannya itu untuk hal diatas.

Karena dengan Rp.170 milyar, banyak hal yang lebih kongkrit yang dapat ia kerjakan. Minimal adalah membuka lahan (misalnya) di kawasan Jawa Barat bagian Selatan,al; Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis. Yang nota-bene mayoritas rakyatnya itu adalah Petani, buruh dan nelayan. Ia cukup membagi Rp.170 milyar itu kepada 5 daerah tsb @Rp.34 milyar.

Jika saja harga lahan minimal Rp.100.000/M2, maka dengan Rp.34 milyar, ia mampu membeli minimal 200.000M2 (20 hektar)/daerah. Adapun sisanya Rp.14 milyar dapat dipergunakan untuk modal koperasi, pembinaan, perlengkapan, dsb. Dengan 20 hektar itu ia mampu menyerap minimal 120 orang pekerja untuk membuka lahan untuk memacu program biodiesel ; pohon jarak,dsb.

Maka dengan Rp.170 milyar ,10% total kekayaan Rp.1,7 triliun pun Prabowo mampu memberikan lapangan pekerjaan kepada 600 orang bagi masyarakat di Jawa Barat Selatan, kalaupun tidak terpilih sebagai Wapres kelak. Karena sesungguhnya ia telah melakukan sesuatu bagi perekonomian rakyat secara realistis dan kongkrit.

Apalagi selama ini masyarakat luas memahami betul jika Prabowo bersama adiknya Hasyim Djojohadikusumo sangat ’piawai menyulap lahan kosong menjadi lebih produktif; Contohnya; Di Kaltim melalui Kiani Grup ia menguasai sekitar 50.000 ha, Di Aceh – melalui PT. Tusan Hutan Lestari ia menguasai lebih dari 90.000 ha lahan pinus, Di Kaltim pula, Prabowo menguasai 1 juta ha konsesi hutan dan tambang batubara, dan masih berencana membuka 700 ribu ha kebun aren (Warta Ekonomi, 9-22 Maret 2009, Laporan Khusus tentang Duet Bisnis & Politik, Hashim Djojohadikusumo & Prabowo Subianto), Di Papua dan daerah lainnya. Konon, duet Prabowo-Hasyim sudah memiliki lebih dari tiga juta hektar perkebunan, konsesi hutan, tambang batubara dan ladang migas dari Aceh sampai ke Papua, rencana membuka 1,5 juta hektar lagi di Kaltim maupun di Merauke dan sebagainya

Jadi tanpa harus menjadi seorang Presiden atau pun Wapres , masih banyak hal yang ia dapat kerjakan untuk pro-perekonomian rakyat. Hanya masalahnya, apakah semangatnya akan tetap sama?, padahal kalaupun nilainya kecil namun ini adalah bagian dari PMA-Penanaman Modal Akhirat. Yang terus terukir dengan tinta emas bagi masyarakat sana.

Demikian pula seperti akunya ia kerap menjadi donatur / sponsor olah-raga berkuda yang semua orang pun tahu bahwa olah-raga ini ’quote & quete’ adalah OR milik orang menengah-atas, untuk apa? , padahal dapat ia maksimalkan kepada OR lain banyak juga yang perlu ditumbuh-kembangkan dan perlu uluran-tangan. Misalnya; Sepak-takraw, dsb. Hanya masalahnya, apakah semangatnya akan tetap sama?
----------------------------------------
Opini / artikel ini ditulis oleh :
(nama disembunyikan Redaksi)
Pemerhati perekonomian rakyat, politik dan kesehatan, tinggal di Bandung, Jawa Barat.