Otoritas Daerah Online
Membangun Daerah Membangun Bangsa
Sabtu, 19 Desember 2009
SURAT KABAR OTDA GWI LSM PP OTDA TUTUP SEMENTARA
FOWAA HIA,SH,MA - Mr.Tractor; pemred suratkabar Otoritas Daerah, Ketum GWI-gabungan wartawan Indonesia, LBH GWI & LSM Pemantau Penerapan Otda. Wafat, Kamis, 10 Des 2009, pkl.14.05 ,disemayamkan di Rumahduka RS.Cikini (Kamis-Sabtu). Dimakamkan di Pondokrangon....,Sabtu,12 Des 2009, pkl.16.07 , GOODBYE MR.TRACTOR...!!
Kematian adalah keniscayaan, hal ini pasti disadari setiap insan. Kendati demikian, manusia pada umumnya tidak suka, bahkan sangat takut pada kematian. Bagi sebagian orang, kematian sangat menakutkan. Mereka membayangkan kematian sebagai peristiwa yang amat tragis dan mengerikan. Filsuf Jean Paul Sartre pernah berkata : “kematian merupakan peristiwa yang tidak terpahami. Fenomena kematian adalah kenyataan yang menyergap secara tiba-tiba dan membuta, sehingga manusia tidak mampu mengontrolnya”.
Kedatangannya tidak bisa diperhitungkan dan sangat mengejutkan manusia yang sedang merencanakan hidupnya dan berusaha mewujudkannya.
Kematian adalah pengalaman yang tidak bisa disangkal dalam kehidupan manusia. Semua orang pastinya menyadari hal ini. Kematian tidak pernah tebang pilih akan siapa yang akan dijemputnya. Dengan kata lain, kematian adalah sebuah keniscayaan. Siapa kita, darimanapun kita berasal, pada waktunya akan berhadapan dengannya. Tak ada orang yang bisa menghalanginya.
Kematian adalah sisi lain dari kehidupan ini. Kendati demikian, tak sedikit orang yang berusaha mau menghindarinya, kendati hanya sebatas usaha. Sebab itu kematian kerapkali adalah sebuah tragedi kehidupan yang paling mengenaskan bagi umat manusia, sekaligus juga peringatan agar umat manusia ingat, bahwa sebagai umat manusia sebenarnya kita ini juga ngantri dan tunggu giliran.... Lihat Selengkapnya
Kematian berarti keterpisahan dan jarak yang ditimbulkannya menjadi tak terukur, tak terbatas. Semakin dekat jarak fisik dan emosi kita dengan seseorang, semakin kita tidak bisa menerima realitas kenyataan. Semakin jauh jarak, semakin terasa wajar kematian itu. Kendati demikian, akhirnya bagi seluruh manusia harus menerimanya sebagai nasib, sesuatu yang tak mungkin terelakkan, sebagaimana kelahiran itu sendiri dalam kehidupan itu sendiri. Ketakutan menjadi tak asing lagi, sikap manusia bila dihadapkan dengan kematian.
Kematian ibarat dua sisi mata uang. Adalah peluang yang sama dari dua kemungkinan ketika kita memutarnya. Kehidupan dan kematian diantarai oleh ruang dan waktu yang tipis. Seorang seniman seperti Abdul Hamid bin Zainal bin Abdul Jabbar alias Hamid Jabbar pernah berujar: Berapakah jarak antara hidup dan mati, sayangku? Barangkali satu denyut lepas, o satu denyut lepas tepat di saat tak jelas batas-batas, sayangku: Segalanya tehempas,o segalanya terhempas
Kematian kerapkali menjadi dramatis, apalagi kalau peristiwa itu melibatkan diri kita, orang yang kita cintai, orang yang sangat kita butuhkan, orang yang mempengaruhi atau menentukan jalur hidup kita. Akibatnya, meskipun kita (manusia) hidup di alam dimana semua makhluk lahir, tumbuh dan mengalami kematian, tidak begitu mudah menerima kematian itu sendiri, atau menerimanya sebagai sesuatu yang wajar. Manusia takut karena ia tidak pernah ingat kematian dan tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menyambut kehadirannya.
Sadar akan kematian sebagai sesuatu yang berwujud keniscayaan, tetapi kematian an sich tetaplah menyimpan misteri yang tetap puzzle bagi manusia. Berbagai wajah kematian tampil dalam pengalaman manusia yang tetap menelurkan aneka pertanyaan: Apa itu mati? Apa artinya bagi kita? Apakah kematian sekedar bermakna tidak ada lagi atau ketiadaan (nothingness)? Ataukah kematian menyiratkan sebuah kehidupan baru (life after death)
Ali 'Imran: 185; "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan baru pada hari kiamatlah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan."
Kejadian 3:19 : "dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."Pengkhotbah 12:7 "Dan debu kembali menjadi tanah seperti semula, dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya." ( Bdk Ayub 34:14 ) 15)
maka dengan wafatnya beliau, bersama ini kami mewakili manajemen, menyatakan bahwa untuk sementara kegiatan sku.OTDA, GWI-Gabungan Wartawan Indonesia & LSM Pemantau Penerapan OTDA DINYATAKAN TIDAK AKTIF/TUTUP SEMENTARA hingga waktu yg tidak terbatas...atas segala kerjasama semua pihak selama ini kami ucapkan terima-kasih, demikian kami sampaikan...(Wapemred/Sekjen - Arief P.Suwendi/Redpel-Asep Rukmana)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar