Otoritas Daerah Online
Membangun Daerah Membangun Bangsa
Senin, 27 Oktober 2008
BOB MARLEY & PILKADA ?
Bob Marley; “MENJADI PANUTAN TANPA PILKADA..!”
Sku.OTDA.Pilkada/Musik Yth pembaca Sku.OTDA, di Indonesia saat ini sudah hampir 500 daerah otonom, termasuk kabupaten dan kota yang baru berarti ada lebih 500 kepala daerah ‘baru. Juga ada lebih dari 200 Pilkada (Pilgu,Pilko dan Pilbup) selama thn.2007-2008. Ini memang prestasi besar era-demokrasi & reformasi, yang akan terus berkembang jumlahnya di era pemekaran & Otda kedepan. Namun disebagian ceritra ada juga para kepala baru ini mulai berulah, awalnya terlihat ‘manis-manis saja, namun kini mulai terlihat sifat ‘vampire’nya, sedot sana sedot sini, tak perduli darah rakyat yang pahit akibat susahnya gizi yang masuk terus disedotnya pula. Kadang kita keliru melihat orang, kebanyakan kita melihat ‘perfomance dan fisik-nya yang terlihat manis, ganteng, ayu, sopan, pokoknya lurus lurus saja. Kita pun serta merta menunjuk bahwa dia orang ‘baik’ dan layak jadi pemimpin. Diperjalanan kita baru menyesali ‘pilihan’ kita itu. Nasi sudah jadi bubur. Namun tidak demikian halnya dengan tokoh kita ini, kami yakin sebagian orang tua dan orang-orang yang ‘merasa’ lurus, jika melihat wajah dalam gambar ini pasti 200% akan berpandangan negative kepadanya; kotor, kumuh, gembel, narkobais, ganjais, dsb. Dialah , Bob Marley (6 Februari 1945 - 11 Mei 1981) penyanyi reggae berkebangsaan Jamaika,Afrika. Ia mulai dikenal di dunia musik reggae pada tahun 1962. Ia menikah dengan Rita Marley dan memiliki 13 orang anak. Album pertamanya ialah The Wailing Wailers dirilis tahun 1965 bersama The Wailers. Ia telah merampungkan lebih dari 13 album yang kesemuanya ‘meledak’ dipasaran dunia, termasuk di Indonesia. Bob adalah mewakili sifat dan sikap orang muda sederhana namun pemberontak, tidak suka melihat ketimpangan disekelilingnya, yang kemudian ia suarakan dalam bentuk syair/lagu. Sayangnya ia memang terlalu dekat dengan Marijuana/Ganja.”Dengan mengganja saya lebih banyak lagi mendengar dan melihat kebenaran, dari keseharian yang saya alami. Ini bukan contoh yang baik memang, namun inilah saya …”, demikian Bob saat ia dirawat di RS thn.1977 karena kanker paru kronis. Jamaika,Afrika tempat ia dilahirkan saat itu mengalami dekadensi kepemimpinan dan kepercayaan, tepatnya sekitar tahun 1930-an dimana orang-orang kulit hitam berada ‘diciptakan’ pada tingkat tatanan sosial paling bawah, sementara orang-orang kulit putih dan agama mereka berada di paling atas. Ketidak-lajiman ‘pemaksaan’ agama saat itu, membuat Jamaika pecah belah sehingga saat itu munculah gerakan RASTAFARA, suatu gerakan sosial para kulit hitam. Dan Bob Marley pun, disebut sebagai salah satu tokoh sentral dalam gerakan itu. Gerakan ini kemudian secara cepat menyebar di belahan dunia, terutama melalui imigrasi dan musik reggae. Pada tahun 2000, ada lebih dari satu juta Rastafara di seluruh dunia. Sekitar 5-10% dari penduduk Jamaika mengidentifikasikan dirinya sebagai Rastafari. Kebanyakan kaum Rastafari vegetarian atau hanya memakan jenis-jenis daging tertentu. Bob marley kalaupun bukan seorang politikus dan berdasi, ia mendengar suara-suara dan jerit tangis mereka yang menentang diskriminasi dan rasialisasi. Kalaupun Bob juga bukan tokoh agama, lagunya ibarat fatwa bagi yang lainnya. Cibiran orang kulit putih dan yang anti kulit hitam semakin meradang, Bob tetap masa bodoh, sesuai jiwanya, ia hanya mencipta lagu dan bernyanyi. Karena ia yakin bahwa SUARA RAKYAT ADALAH SUARA TUHAN. Yang disampaikan melalui lagu, sedikitpun, kalaupun ia mampu ia tidak bermimpi untuk menjadi kepala daerah. Ia tulus, hingga menutup mata thn.1981 di New York,USA.Dan dibaptiskan dengan nama Berhane Selassie (Cahaya Tritunggal) oleh Gereja Ortodoks Ethiopia. Lagu-lagu Bob memang terdengar aneh bagi sebagian orang, namun sarat makna. Misalnya ‘No Woman No Cry, mengenai jeritan kaum wanita yang senantiasa tertindas. I Shoot The Sherif, kebenciannya kepada pemimpin yang semena-mena. Exodus tentang para petualang & pejuang rakyat. ‘One Love, tentang kebersamaan cinta mengusung perdamaian. Bob memang bukan Hercules, Superman, Malcom-X, bukan Robbin Hood, bukan Si Pitung, bukan si Zorro, bukan juga presiden, Raja, menteri, gubernur, walikota, bupati, camat, lurah, perdana menteri, anggota MPR/DPR, ataupun ketua RT. Bob adalah Bob, simuka kotor yang berhati mulia penyampai kebenaran & kejujuran. Nah, adakah Bob Marley itu menitis di para pejabat dan kepala daerah kita? (@rief/Agus/Kiki/Foto.ist)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar