Otoritas Daerah Online

Membangun Daerah Membangun Bangsa

Minggu, 08 November 2009

MANA YANG LEBIH PENTING, MANAJER ATAU TEKHNOKRAT UNTUK BANGSA INI KEDEPAN ?”


Bincang Ekslusif
Prof.Dr. Demin Shen,M.Kes.FACS, FRCSC.
Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Jawa Barat
Ketua Yayasan Kemanusiaan, Bandung, Jawa Barat.

’MANA YANG LEBIH PENTING, MANAJER ATAU TEKHNOKRAT UNTUK BANGSA INI KEDEPAN ?”


Manajer adalah seseorang yang melaksanakan satu system pada sebuah perusahaan; dia yang membuat, menjalankan dan mengarahkan bawahannya. Dengan satu tujuan, mencapai sasaran/goal.Tentunya raihan nominal/materi (uang) sebagai tolak ukurnya, makin banyak keuntungan/uang yang didapat maka akan banyak keuntungan pula yang dia dapat dari perusahaan.

Lalu bagaimana dengan mereka yang berada dilevel bawah (bawahan)?, yang totalitas dan loyalitasnya demikian tinggi, sebandingkah dengan jerih payah yang mereka terima?, sedangkan merekalah yang mampu menghasilkan ’produk?, yang mempunyai ‘skill dalam mengatasi masalah yang timbul, yang juga ‘creativ . Namun ini semua tidak menjadikan pertimbangan/mutlak bagi sebuah perusahaan. Manajer demikian ekslusif, sedangkan bawahan tetap ‘buruh.

Jadi manajer yang pekerjaannya hanya mengatur sistem, pasti akan lebih tinggi mendapatkan keuntungan daripada bawahannya. Mengingat lagi banyak para pekerja yang upahnya dibawah UMR-Upah Minimum Regional. Inilah ketidak-adilan itu.

Manajer hanya memenej sistem, bukan menghasilkan produk. Dimana saat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan, dialah yang mendapat bonus/keuntungan berlebihan. Namun jika terjadi ’mismanajemen, sehingga membuat perusahaan rugi. Maka sangsinya cukup mutasi atau ’resign/mengundurkan diri ke perusahaan lain sebelum sangsi terberat (pecat/PHK) ia dapatkan.Inikah sistem kapitalis dalam bentuk lain dinegara kita?

Manajer berlaku ibarat ’parasit , labil dan mementingkan diri sendiri. Dia akan memborong saham perusahaan saat dirasa ’produknya akan mendatangkan keuntungan, namun akan sebaliknya, menjual habis saham saat dirasa penjualan ’produknya akan rugi (inside trading), banyak cara mencapai ini, menggunakan identitas orang lain, salah satunya.

Jika demikian, manajer tidak ada ubahnya sebagai ’parasit berdasi yang mempunyai mobil mewah. Yang mementingkan diri sendiri, tidak mempunyai ’skill & tidak menghasilkan produk. Namun dia lah yang mendapatkan keuntungan besar dari hasil jerih payah / keringat bawahannya.

Tidak terhitung di negara ini berapa jumlah orang yang telah bergelar MBA – Master of Business Administration. Dan berapa jumlah kampus/college yang menyediakan gelar MBA, dan berapa jumlah orang-orang yang bercita-cita bergelar MBA?

Lalu berapa jumlah MBA/manajer yang diperlukan negara ini jika ingin maju?, negara ini tidak perlu banyak manajer jika kemudian menjadi parasit bagi negara. Yang kita perlukan adalah ’tekhnokrat , seseorang yang mampu menghasilkan produk. Jika saja negara ini mempunyai minimal 10% tekhnokrat dari jumlah penduduk saat ini (+/- 220 juta orang), maka diperlukan 220.000 orang tekhnokrat yang kelak akan menciptakan pula lebih dari 220.000 produk. Tekhnokrat lebih ideal daripada manajer yang pekerjaannya hanya ’mengatur sesuatu dari atas kursinya.

Manajer bekerja jika ada produk, dan tekhnokrat adalah penghasil produk. Sehingga negara akan berkembang jika banyak menghasilkan produk, dengan banyak produk maka akan menghasilkan banyak uang masuk bagi negara. Produk dihasilkan oleh tekhnokrat dan para pekerja dilevel bawah / buruh, bukan manajer. Maka semakin banyak produk yang akan dihasilkan maka akan banyak pula pekerja/buruh yang diperlukan............ (BERSAMBUNG EDISI YAD------/@rief/corny)

Tidak ada komentar: