Otoritas Daerah Online

Membangun Daerah Membangun Bangsa

Selasa, 27 Januari 2009

PENYAKIT SOSIAL OTONOMI DAERAH



PENYAKIT SOSIAL ERA OTONOMI DAERAH

Sku.OTDA/Laporan utama; PENYAKIT SOSIAL kini menjadi salah satu persoalan berat yang terjadi dibeberapa daerah era OTONOMI DAERAH. Peningkatannya tersebut tidak saja dalam bentuk intensitas dan frekwensi tetapi juga keberagaman gejala kemunculannya.


Penyakit sosial itu terjadi pada semua lapisan masyarakat, kelompok umur dan profesi. Ironisnya umur/usia anak-anak dan remaja lebih dominan, dibandingkan yang lainnya. Kelompok ini memang ‘primadona suburnya sebuah PENYAKIT SOSIAL. Yang terus bergerak sebanding jumlah orang miskin nasional yang kini mencapai lebih dari 30 juta orang. Mereka terlibat langsung selaku gepeng, pengamen jalanan, pengutil, pengedar & pemakai narkoba, hingga objek prostitusi usia anak. Banyak hal yang melatar-belakanginya; kemiskinan, pendidikan yang minim, pergeseran sikap dan prilaku lebih bebas, benturan nilai-nilai budaya, keharmonisan keluarga, globalisasi, dan lainnya.

Namun mengapa KORUPTOR tidak masuk dalam PENYAKIT SOSIAL, malah diagungkan sebagai ‘selebritis. Ada yang salah dalam bangsa ini.. Masalah gepeng (gelandangan pengemis), anjal (anak jalanan), pelacuran / prostitusi, premanisme, free-sex, waria, gay, lesbian,kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, gangguan keamanan dan prilaku penyimpangan adalah sejumlah PENYAKIT SOSIAL yang harus diatasi dengan keseriusan, kerja-keras dan ikhlas baik di pusat maupun Pemda terkait. Khususnya Ikhlas, karena bagaimana kita bicara penanggulangan yang ikhlas jika dijajaran atas pun sarat akan korupsi; tidak memberikan panutan yang selayaknya pimpinan. program ini, proposal itu, semua mengatas-namakan kesejahteraan dan kemakmuran. Era OTDA semua sibuk pada kebutuhan pribadi, sehingga lupa ada kewajiban lain yang tertinggal, merekalah yang ‘terpinggirkan karena status dan strata sosial.

Namun seiring perjalanan waktu, Jalan pintas menuju jabatan tertinggi, kemewahan berlimpah untuk 7 turunan dan juga life-style adalah ‘godaan.Penyakit sosial ‘papan atas pun ikut semarak. Maka wajar saja jika kemudian akan banyak kepala daerah, pejabat public,legislatif, para cale seolah dan ‘orang sugih lainnya yg terjerembab ke lumpur ‘maksiat; video porno, korupsi, narkoba, perselingkuhan dan lainnya. Merekalah sesungguhnya yang tidak punya moral, berpenampilan terlihat baik dan lurus-lurus saja, namun nyatanya merekalah yang sesungguhnya lebih ‘sakit.

Era Otonomi Daerah, bagi yang manajemennya ‘busuk, ketimpangan antara yang kaya dan miskin semakin melebar. Semua mau menjadi raja, semua menjadi burung bangkai. Yang korban tentunya masyarakat ‘papan bawah. Mereka tetap kelaparan dan kedinginan. Namun bagi yang menejemennya ‘baik, maka secara perlahan masyarakat dilibatkan dalam pembangunan. Semua transparan, semua potensi diajak duduk satu meja,dalam semangat yang sama, menuju masyarakat yang adil dan bersatu.

Penyandang PENYAKIT SOSIAL pun tetap mempunyai potensi, terutama era PILKADA maupun PILPRES, karena jumlah mereka cukup signifikan bagi perolehan suara. Apa yang harus dilakukan?, tentunya tim sukses anda lebih paham untuk ini.Mampukah anda menyembuhkan kekecewaan mereka sekaligus mengajak mereka tetap melakukan hak politiknya bagi sebuah perhelatan PILPRES 2009 maupun PILKADA tersisa lainnya. Atau biarkan saja mereka memilih GOLONGAN PUTIH?, Lalu bagaimana dengan peran Dinas Sosial dalam struktur organisasi tata kerja (SOTK) di era OTDA ini apakah masih berfungsi?---- (@rief/Pemred/foto.ist)

Tidak ada komentar: