Otoritas Daerah Online

Membangun Daerah Membangun Bangsa

Kamis, 13 November 2008

DEWI SRI, SANDRA DEWI, PETANI




Betapa mengkhawatirkan jika dibeberapa daerah saat ini banyak yang mengalami paceklik bidang pertanian, entah karena hama, banjir, bencan alam, dsb. Yang lebih kacau lagi, adalah makin tingginya harga pupuk. Sehingga para petani pun banyak yg frustasi. Dahulu kala, terutama di tanah Jawa-Bali, banyak petani kita sebelum bersawah selalu lebih awal berkidung kepada penguasa alam, yg ditujukan kepada Dewi ASri/Nyi Pohaci dengan harapan hasil taninya kelak akan baik. Mungkin karena saat ini banyak diantara petani yang kemudian melupakan budaya ini, maka paceklik pun senantiasa datang. APakah ini ciri bahwa kita telah melupakan leluhur dan ajaran mulia itu?, entahlah.

Disebagian masyarakat kita, ">Dewi Shri atau Dewi Sri adalah dewi percocok tanaman , terutama padi dan sawah di pulau Jawa dan Bali. Ia memiliki pengaruh di dunia bawah tanah dan terhadap bulan. Ia juga dapat mengontrol bahan makanan di bumi dan kematian. Karena ia merupakan simbol bagi padi, ia juga dipandang sebagai ibu kehidupan. Sebagai tokoh yang sangat diagung-agungkan, ia memiliki berbagai versi cerita, kebanyakan melibatkan Dewi Sri (Dewi Asri, Nyi Pohaci) dan saudara laki-lakinya Sedana (Sadhana atau Sadono), dengan latar belakang Kerajaan Medang Kamulan, atau kahyangan (dengan keterlibatan dewa-dewa seperti Batara Guru), atau kedua-duanya.

Di beberapa versi, Dewi Sri dihubungkan dengan ular sawah sedangkan Sadhana dengan burung sriti. Orang Jawa tradisional memiliki tempat khusus di tengah rumah mereka untuk Dewi Sri agar mendapatkan kemakmuran yang dihiasi dengan ukiran ular. Di masyarakat pertanian, ular yang masuk ke dalam rumah tidak diusir karena ia meramalkan panen yang berhasil, sehingga malah diberi sesajen. Di Bali, mereka menyediakan kuil khusus untuk Dewi Sri di sawah. Orang Sunda memiliki perayaan khusus dipersembahkan untuk Dewi Sri.

Namun jika dibeberapa daerah terimbas paceklik entah karena gagal banjir, banjir, bencana alam, hingga maraknya kasus tanah petani yang direbut paksa untuk industri demi alasan pembangunan dsb,bukanlah pertanda jika Dewi Sri sudah tidak-berpihak kepada petani kita, bukan tidak demikian, namun kita wajib mengoreksi sendiri apakah ajaran/paham dan adat-budaya leluhur masih tetap kita lakukan dgn baik dan konsisten?, sedangkan saat ini tekhnologi pertanian demikian sudah memasuki pelosok daerah dgn derasnya.

Apakah kemudian ini yang membuat kita semua lalai akan leluhur?, Mungkin kedepan kita perlu tokoh wanita (Ibu Negara, Ibu Menteri, Ibu Kepala Dinas dsb) yang memang kharisma dan hidupnya untuk rakyat kecil, khususnya para Petani dan nelayan yang saat ini berjumlah lebih dari 10 juta orang ini.

Jika memang 'kemampuan & profil Dewi Sri dapat menitis, kepada wanita Indonesia yang mana?, Ataukah kelak figur dan sosok 'Dewi Sri akan tergerus kemajuan jaman?,lalu siapa yg akan menyenandungkan kidungmu?, Lalu kemana lagi para petani kita berharap dan mencurahkan keluh-kesahnya?, sedangkan saat ini media cetak, visual lebih banyak membicarakan artis Sandra Dewi,Grup Dewi, dan dewi dewi lainnya saja, sedikit yang perduli terhadap Petani & Nelayan Indonesia.

Dewi Sri,maafkan kami jika kami lalai akan kebesaran dan apakah kau masih ada dithn.2009-2014 mendatang ? (@rief/Kiki/foto;ist)

Tidak ada komentar: