Otoritas Daerah Online

Membangun Daerah Membangun Bangsa

Kamis, 05 Maret 2009

jenderal dari Majalengka


Mayjen TNI Tubagus Hasanuddin
Putra Majalengka Yang Mendapat Gelar Dari Banten
“ Lahir Di Talaga, Kampung Sanghiang dari Keluarga petani, Anak Pengembala yang sekarang jadi Jendral “


Sku.OTDA/Majalengka, Jabar : Siapakah Tubagus Hasanuddin? Bagi yang belum tahu asal usulnya tentu menyangka yang memiliki nama ini adalah orang Banten.Turunan bangsawan kerajaan Banten.Putra Talaga yang lebih muda dari usianya yang baru 51 tahun termasuk tokoh yang handal di segala bidang. Termasuk kepedulianya terhadap seni budaya leluhur sunda. Selain berpegang teguh pada sumpah prajurit dan sapta marga, Mayjen TB Hasanuddin ini tidak termasuk mu’alaf sunda. Sebab kiprahnya dilingkungan kesundaan dari sejak remaja hingga kini tetap dalam jalur yang signifikan.

Hasanuddin yang biasa dipanggil Kang E’nce, lahir di Talaga kampung Sanghiang. Dari keluarga petani. Anak pengembala yang sekarang jadi Jendral, ternyata putra seorang Kepala Desa, H.Sutisna ( alm ), leluhurnya berasal dari Banten dan ibunya asli sanghiang Talaga. Dan gelar Tubagus didapatnya ketika dirinya bertugas di Banten serta bergabung dengan para tokoh kesundanan. Meskipun anak kepala Desa, semasa kecil. Hasanuddin hampir tiap hari menggembala kerbau kepadang rumput bersama dengan sembilan saudaranya.

Tahun 1960-an ayahnya memiliki perguruan Pencak Silat Gagak Lumayung yang sewaktu-waktu mengadakan pementasan. Hasanuddin juga sering ikut. Dan mendengar suara terompet serta kendang baginya bukan hal asing lagi.” Pulangnya bawa berkat ( makanan ) dari yang punya hajat. Nikmat sekali dimakanya,ujar Hasanuddinpada Sku.OTDA waktu lalu.

Sekolah dari SD,SMP sampai kelas 1 SMA di Majalengka. Waktu mau naik kelas II ikut kakak perempuan yang menikah dengan tentara dan tinggal di Magelang. Dan ketika di Magelang sering mengamati taruna AKABARI ( ALMIL ) yang sedang latihan baik didalam maupun luar kampus. Dan semenjak itu keinginanya sangat kuat untuk menjadi Tentara.
Setelah lulus SMA Kang E’nce diterima di AKABRI, selain menimba ilmu di Kamil Interan, Ia dan rekan dari Aceh, Irian aktif dikesenian Sunda Rampak Kendang. Dengan Asuhan Suryadi Sudirja Mantan Gubernur DKI Jakarta.

Lulus AKABRI tahun 1975 ditugaskan di KODAM III SILIWANGI sampai 1983. kemudian jadi Instruktur di AKABRI Magelang sampai 1985, lalu ditugaskan ke Aceh di Kodam I Iskandar Muda 1985-1980. kemudian kembali ke Bandung jadi Dosen SESKOAD sampai tahun 1992.

Setelah itu ditugaskan ke Irak ( Perang Teluk I ) bergabung dengan pasukan perdamaian PBB. Setelah Irak Meninggalkan Kuawit, Hasanuddin yang berpangkat Letnan Kolonel diberi kepercayaan jadi Komandan Sektor Pasukan perdamaian PBB, yang memiliki prajurit bawahanya 3.300 personil dari tiap Negara Anggota PBB.
Pada tahun 1993-1994 ditugaskan di Kostrad dan di Kodam Jaya dari 1994-1996. kemudian dengan pangkat Kolonel ia masuk ke Lingkungan Istana menjadi Ajudan Wakil Presiden Try Sutrisno. Dan menjadi Ajudan Presiden Habibie pada tahun 1998-1999. Selama sebulan menjadi ajudan Presiden Gusdur ( Abdurahman Wahid ). Tahun 2000 jadi Kastaf Garnisun Jakarta dengan Pangkat Brigjen.

Tahun 2001 oleh Presiden Megawati ditarik menjadi Sekretaris Militernya sampai Megawati menyelesaikan Jabatanya. Dan Pemilik nama Tambahan Tubagus ini sempat menjadi Sekretaris Militer Presiden Soesilo Bambang Yudoyono selama satu tahun. Tahun 2005 hingga sekarang mendapat tugas menjadi staf di Mabes TNI AD dengan pangkat Mayor Jendral.
Selama 8 tahun jadi Mayjen, Ternyata Hasanuddin sudah memiliki tiket untuk bisa naik pangkat jadi Letnan Jendral ( Letjen ). Hal ini sangat sporadis dilihat dari tingkat kesenioranya.meskipun begitu, Kang E’nce sangat bahagia bila harus turun ke masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan Seni Budaya Sunda. Termasuk diantaranya menjadi calon Anggota DPR RI dari PDIP dengan daerah pemilihan Subang, Majalengka Sumedang ( SMS ) ( Ayank.R/Yusuf M/Fhoto.dok.pribadi )

Terjun di Dunia Seni Budaya
Melihat dari kiprahnya TB.Hasanuddin dalam seni budaya kesundaan memang sudah tidak diragukan, diantaranya saja jadi ketua Yayasan Sandiwara Miss Tjitjih Jakarta ( generasi ke III ). Ketua Umum Paguyuban Warga Banten di Jakarta. Ketua Dewan Pakar Pembangunan di Jawa Barat ( YPJB ). Wakil ketua umum Dulur Cirebonan, Pembina gerakan masyarakat ( Gema ) Jabar.
Bahkan ia juga menjadi, Ketua Dewan Penasehat Pencak Silat Gagak Lumayung. Pemangku Desa adat Ujungjaya dan Rancakalong Sumedang.TB Hasanuddin juga termasuk dalam kepengurusan perkumpulan kesenian. Diantaranya di Gentra Ewagga Jakarta, serta ikut membantu memberi dukungan Palataran Pakujajar Bogor asuhan Ma Ageung Tien Rostini. “ saya ini dilahirkan dan dibesarkan di tanah Sunda, tidak mungkin meninggalkan kampong halaman,” Ujarnya. Meskipun sejauh bangau tebang, pasti akan pulang ke sarangnya.

Belajar Degung Di Prancis
Tubagus Hasanuddin dikenalkan dengan Degung dan Kidung yakni dimusium Budaya Prancis sewaktu tugas belajar di Seskogab Perancis, dengan pengajar orang prancis sendiri. Memakai program visual. Mulai saat itu dirinya mulai tergugah dan tertantang untuk mencintai seni budaya sunda dan kenapa juga kita harus j\kalah oleh orang perancis? “Siapa lagi yang akan memelihara dan menjaga seni budaya warisan leluhur, kalau bukan kita.” Imbuh beliau yang juga biasa disapa Pak Jehan oleh Ma Ageung, menyatakan bahwa para tokoh generasi tahun 60-an banyak yang jauh dari seni budaya leluhur, sebab mereka lama meninggalkan kampong halaman. Untuk bekerja ataupun kiliah di kota besar.

Akan tetapi saat ini, ia mulai terobati dengan bermunculan sanggar-sanggar seni yang berdiri bak jamur dimusim hujan.” Seni budaya sunda harus dikenalkan keanak-anak mulai sejak dini. Dan harus dibiasakan mendengarkan lagu-lagu tradisional sunda agar bisa mencintai dan menyayangi seni budaya leluhur, Ujarnya. (Tim Buser; Ayank.R/Yusuf/Bawor.s/ Didi.R/ Foto.dok.pribadi )

Tidak ada komentar: