Otoritas Daerah Online

Membangun Daerah Membangun Bangsa

Selasa, 31 Maret 2009

situgintung manajemen everythings oke



‘MANAJEMEN WADUK, SITU & DANAU, EVERYTHING’S OKE !!”


Sku.OTDA : Berikut adalah sumbang-pikir kami , setelah musibah Situ Gintung, Tangerang, Prov. Banten (Jumat,27/3) lalu. Pasca musibah apapun pasti ada pihak yang ‘cuci-tangan, saling tuding dan tidak mau dipersalahkan. Inilah sikap & prilaku yang tidak amanah dan tidak punya etika.Apapun dan dalam agama apapun jelas bahwa Negara/pemerintah wajib melindungi rakyatnya.

Kalaupun Bank Dunia terus gencar memberikan bantuan/pinjaman minimal US.$.50 juta untuk meningkatkan fungsionalitas dan keamanan waduk-waduk besar di Indonesia dalam mengamankan atau meningkatkan kapasitas pasokan air, khususnya peranan irigasi dan industri. Siapa yang jamin implementasinya akan tepat sasaran?, Kita telah belajar dari kasus musibah Situ Gintung itu, bahwa demikian cepatnya pihak terkait “ PUAS DIRI, EVERYTHING’S OKE, sehingga menjelma lemahnya “ pengawasan “, tidak pernah berpikir bagaimana ‘jika sebuah mangkok terisi penuh air, seperti yang selalu menjadi alasan Kepala Balai Besar Sungai Ciliwung-Cisadane, Pitoyo Subandrio ttg musibah itu. Maaf, beliau lupa tidak pernah terpikirkan bagaimana jika mangkuk itu penuh air, dan akan kemanakah luapan airnya itu?, ada yang lucu juga pernyataan Dirjend Sumber Daya Air PU-Iwan Nursyiwan yang selalu mengatakan musibah itu dikarenakan area situ itu menyempit karena pemukiman. Lho, memangnya bapak kemana saja selama ini, kalau tahu ada yang melanggar ya kasih sanksi dong. Atau sudah sejauh mana bapak melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar agar jangan ‘bermukim di area situ. Jadi ke-dua pejabat ini demikian sarat dengan ‘pembelaan. Tapi sudahlah, itu urusan mereka. Namun semoga hal ini tidak dicontoh oleh pejabat lain dilain tempat, khususnya mereka yang ‘diamanatkan’ rakyat mengurus soal waduk, situ atau danau.

Jadi sebaik apapun program Bank Dunia dan lainnya untuk mensupport Indonesia bagi keberadaan Waduk, situ atau danau kita, khususnya Dam Operational Improvement and Safety Project yang merupakan program Bank Dunia kepada pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kinerja dan kesinambungan pengelolaan daerah aliran sungai, irigasi dan perlindungan terhadap banjir. Jika masih saja saja sarat dengan para pejabat yang ‘bermental demikian, maka tetap akan membuat kecewa masyarakat. Mereka tidak berani mengambil sikap sebagai ksatria, demikian pula Gubernur DKI, Gub banten, Bupati Tangerang dan para pihak terkait.Kita ironis melihat statemen mereka dimedia, khususnya di televise yang memperlihatkan ‘gurat wajah yang tidak kalah ngototnya dengan pers yang mempertanyakan hal ini waktu lalu.

Dari data yang kami himpun, dibandingkan dengan negara-negara Asia lain, kapasitas waduk di Indonesia masih tertinggal, karena 31 waduk terbesarnya dibangun sebelum 1981 dan 16 di antaranya dibangun sebelum 1950.Berarti jelas, rawan musibah..!!
Gejala alam yang tidak menentu, khususnya curah hujan banyak mempengaruhi kekuatan sebuah waduk, situ atau danau sekalipun. Harus disikapi dengan baik, jangan lupa kita telah merdeka 64 tahun lamanya. Berarti kita telah memahami banyak hal tentang ini.

Kami sependapat dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang menyatakan bahwa sangat ironis jika kita mendengar ada satu daerah yang rawan air, namun saat musim penghujan banjir dimana-mana. Berarti ada yang salah disini, manfaat dan fungsi waduk yangtidak maksimal. Lalu kemana pemerintah daerah dan instansi terkait?

WADUK?, kalaupun dalam bahasa sunda ‘slank’, waduk berarti bohong, tidak dapat dipercaya. Namun kami berharap tidak demikian dalam menanggapi manajemen pemerintah untuk waduk, situ dan danau-danau. Saat ini tercatat, jumlah waduk di Indonesia mencapai lebih dari 60 waduk, sebanyak 38 waduk berada di Jawa Tengah, 16 waduk di Jawa Timur, dan tiga waduk di Jawa Barat, serta satu waduk di Lampung, Sulawesi Selatan, dan Yogyakarta. Ironisnya, diantaranya; ada 9 waduk dalam status kekeringan dengan debit air jauh di bawah normal dan 13 waduk lainnya dalam kondisi ‘waspada. Waduk umumnya berfungsi sebagai irigasi pertanian, sehingga saat kekeringan terjadi akan mengancam lahan pertanian yang dialiri waduk tersebut.

LAIN WADUK LAIN DANAU = Tercatat hingga saat ini jumlah danau di Indonesia lebih dari 521 danau besar dan kecil. 10 danau diantaranya, menurut KLH mendapat prioritas penanganan karena ancaman kerusakan dan multifungsinya bagi warga sekitar. Yakni Danau Toba, Maninjau, Singkarak, di Sumatera, Danau Tempe, Tondano, Poso, Matano dan Maninjau di Sulawesi, Limboto di Gorontalo, Rawa Pening di Jawa Tengah, dan Danau Batur di Bali.
Waduk dan danau kita sarat akan masalah, al; (1). pencemaran air akibat pembuangan limbah domestik langsung ke danau. (2) penyempitan area karena liarnya permukiman, (3). Kerusakan lingkungan sekitar karena penyempitan areal hutan, alih fungsi lahan (4).Tidak berfungsinya waduk, situ atau danau sebagai pusat penyangga air , (5). Kurangnya pengawasan atas sebab-akibat erosi dan sedimentasi ketersediaan air , (6). Masih lemahnya upaya reboisasi lahan terbuka serta pembuatan tanggul pinggir danau. (7). Tidak maksimalnya pengaturan ttg pembangunan sekitar area (hotel,resor,dsb) sehingga sehingga menghalangi view ke danau.

Yang terlupakan, adalah mengenai maksimalisasi & sosialisasi sertifikasi kewenangan pengelolaan danau. Yang mana seharusnya dengan sertifikasi ini ada ‘kejelasan’ kewenangan pengelolaan di tingkat kabupaten atau provinsi. Juga, ttg penataan batas terluar dan sempadan danau, pembentukkan kelembagaan danau, penataan ruang danau sesuai daya dukungnya seperti zona green belt atau ecotourism. Juga, ttg rehabilitasi catchment area danau seperti pembuatan sumur resapan dan bak penampung. Pemanfaatan eceng gondok dan kotoran ternak sebagai biogas, lalu pengerukan sedimen danau dan dimanfaatkan untuk batu bata atau pupuk organi . Itu yang selalu dinyatakan KLH kepada pers. Lha, jadi apa yang sudah dikerjakan selama 64 tahun ini?
MANAJEMEN EVERYTHINK’S OKE
Dari sini kita ambil kesimpulan bahwa pejabat terkait senantias CEPAT PUAS DIRI, EVERYTHINK’S OKE, EVERYTHING NO PROBLEMO CAPPUCINO, seperti iklan sebuah produk kopi. Sehingga tidak pernah waspada, tidak pernah berpikir lebih, kalau terjadi sesuatu hal yang diluar EVERYTHINK’S OKE ini. Ada kelemahan di pemerintah untuk hal ini, maka kedepan harus tepat memilih ‘pejabat terkait. Bukan yang seperti model iklan sabun, yg gemar 'cuci tangan. Kami, berharap jika pimpinan kami FOWA'A HIA SH MA - CALEG DPRRI/PKPI DAPIL RIAU-2 'lolos' ke Komisi II/DPRRI 2009-2014 mendatang akan berjuang & mengawal habis untuk hal ini khususnya 'kontrol' kinerja dan implementasi OTONOMI DAERAH terhadap Pemerintah pusat/daerah yang terkait dengan waduk, situ dan danau-danau didaerahnya. Maka bantu kami untuk ‘lolos’, contreng logo PKPI kamis, 9 April 2009 yad. Insya Allah kami akan lebih baik dan amanah dari yang sebelumnya.’Please…!! (@rief/Corny R,SH/Foto-repro)

Tidak ada komentar: